Sabtu, 02 Januari 2010

Jujur Mengakui Kesalahan

Hari ini, hasil ulangan Pendidikan Kewarganegaraan diumumkan. Kertas ulangan dibagikan oleh pak Hestu. Pak Hestu adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan. Pak Hestu memanggil murid satu demi satu.

Nilai ulangan tertinggi diraih oleh Doni. Pak Hestu memberi ucapan selamat kepada Doni. Semua murid kelas dua bertepuk tangan.

Tetapi, coba perhatikan. Ada yang aneh pada Doni. Doni mendapat nilai tertinggi. Namun, ia tidak terlihat gembira. Doni justru tampak murung dan sedih. Ada apakah gerangan?

Ternyata Doni menyontek saat ulangan. Doni terpaksa menyontek karena tidak sempat belajar. Doni tidak menyangka akan mendapat nilai tertinggi. Doni merasa bersalah, karena Doni tidak jujur. Saat istirahat, diam-diam Doni menemui Pak Hestu.

“Ada apa, Doni?” Tanya Pak Hestu. “Saya mau mengakui perbuatan saya, Pak,” kata Doni. “Mengaku apa?” Tanya Pak Hestu lagi. “Saya menyontek saat mengerjakan ulangan,” kata Doni.

Mendengar pengakuan Doni, Pak Hestu tidak marah. Beliau justru tersenyum. Beliau mengelus kepala Doni. Beliau memaafkan kesalahan Doni. Pak Hestu bangga dengan kejujuran Doni. Beliau bangga karena Doni berani mengakui kesalahannya.

Doni berjanji kepada Pak Hestu. Doni tidak akan menyontek lagi. Sejak saat itu, Doni tidak pernah lagi menyontek. Doni ingin menjadi anak yang jujur.

- Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Siapakah yang mendapat nilai tertinggi dalam ulangan?
2. Mengapa Doni justru sedih mendapat nilai tertinggi?
3. Apa yang dilakukan Doni untuk menebus kesalahannya?
4. Menurut kalian, apakah Doni anak yang jujur?
5. Bagaimana sikap Pak Hestu terhadap kejujuran Doni?

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Misalnya berbuat tidak jujur atau curang. Apakah kalian pernah berbuat tidak jujur? Nah, saatnya kalian meninggalkan perilaku tidak jujur. Tulislah perilaku tidak jujur yang pernah kalian lakukan. Berjanjilah untuk tidak mengulanginya lagi pada selembar kertas. Berilah judul
“Aku Anak Jujur”.

Membaca Nyaring

Bagaimana Membaca Nyaring?

Membaca nyaring adalah membaca dengan suara keras dan jelas. Tujuan membaca nyaring adalah agar semua orang dapat mendengarkan apa yang dibaca dan memahami isinya.

Bagaimana agar bacaan yang dibaca dengan nyaring itu dapat mudah dipahami? Inilah syarat-syaratnya.

1.Ucapan atau lafal harus jelas. Maksudnya, huruf dan kata-kata yang diucapkan harus benar, tepat, dan jelas.

2.Jeda atau perhentiannya harus tepat. Maksudnya, cara memenggal kata-katanya harus sesuai dengan arti yang dimaksud.
Perhatikan contoh di bawah ini
a. Kucing // makan tikus mati.
b. Kucing makan // tikus mati.
c. Kucing makan tikus // mati.

Kalimat-kalimat diatas diberi tanda jeda yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kalimat-kalimat itu mempunyai arti yang berbeda pula.

3. Lagu kalimat atau tinggi rendahnya suara harus tepat. Tujuannya agar maksud kalimat itu jelas ; apakahitu kalimat berita, tanya, atau perintah. Lagu kalimat atau tinggi rendahnya suara disebut juga dengan intonasi.
4. Tempo adalah cepat atau lambatnya membaca. Jika terlalu cepat membaca, pendengar akan sulit mengerti. Jika terlalu lambat, pendengar merasa bosan. Oleh karena itu, tempo membaca harus sedang-sedang saja atau tergantung pada suasana.

Sekarang sudah tahu kan, bagaimana cara membaca nyaring ?
Nah, cobalah baca cerita di bawah ini dengan nyaring.


Abu Nawas Mengguncang Dunia


Abu Nawas menghadap Raja.
“Abu Nawas! Kali ini, ada satu permintaanku kepadamu. Begini, Abu Nawas. Kamu tahu dunia?” Tanya Raja, “nah, tugasmu sekarang, kamu harus mengguncang dunia,” kata Raja.
Abu Nawas tertawa terpingkal-pingkal.
“Apa yang kamu tertawakan?” Tanya Raja kesal.
“Hamba tertawa karena…,” Abu nawas menahan bicaranya.
“Karena tidak mungkin dia melakukannya, Tuanku,” sahut pengawal.
“Jika dia tidak sanggup, tentu harus dihukum,” kata Menteri Ola Hadrun yang mengikuti pertemuan itu.
“Sabar sedikit, Hadrun. Jika hanya mengguncang dunia, mengapa harus hamba yang melakukannya? Anak-anak saja bias menguncang dunia, kata Abu Nawas.
“Perintah saja dia untuk membuktikannya, Baginda! Jika tidak bisa membuktikan, berarti dia telah menghina Paduka. Abu Nawas harus dihukum!” kata Ola Hadrn dengan marah.
“Baik, hamba akan buktikan sekarang juga. Jika terbukti, apa alasan Tuan ?” kata Abu Nawas sambil mengacung-acungkan telunjuknya kepada Hadrun.
“Terserah, kamu minta berapa? Tanya Hadrun.
“O… jika uang, aku tak membutuhkannya. Cukuplah dengan kamu berjalan merangkak dari tempat aku dapat membuktikannya. Ya, merangkak manuju istana. Bagaimana?” jawab Abu Nawas.
“Baiklah!” teriak Ola Hadrun tak sabar.
“Sekarang juga hamba akan membuktikan,” kata Abu Nawas.
Kemudian, ia keluar dari istana diikuti Baginda Raja, Ola Hadrun, dan para pengawal. Setiba di pondoknya, Abu Nawas memanggil anak- anak asuhnya yang sedang asyik bermain. Kemudian, Abu Nawas berjalan menuju meja. Anak-anak itu mengiringinya. Di atas meja itu, terdapat bola dunia. Abu Nawas pun mulai memeganginya.
“Kalian tahu anak-anakku, bola apakah yang kupegang ini?” Tanya Abu Nawas kepada anak-anak.
“Bola dunia!” teriak anak-anak itu hampir serentak.
“Nah, sekarang, di hadapan kalian ada Baginda Raja, ada Menteri Ola Hadrun, dan para pengawal,” kata ABU Nawas kepada anak-anak itu, ”sekarang diantara kalian yang dapat mengguncang dunia ini?” Tanya Abu Nawas.
“Saya1 Saya! Saya!” teriak anak-anak itu serempak.
“Nah, guncangkanlah!” kata Abu Nawas sambil member aba-aba.
Dalam waktu singkat, anak-anak iotu sudah berhamburan mendekati meja. Alat peraga yang ada di atas meja itu mereka ambil. Kemudian mereka guncang-guncangkan secara bergantian.
“Saya bias mengguncang dunia, ya, Pak Abu! Saya bias!” teriak mereka.
“Ya, kalian bias mengguncang dunia. Kalian pintar,” kata Abu Nawas sambil melirik kea rah Ola Hadrun.
Ola Hadrun pucat pasi. Tak lama kemudian, Ola Hadrun merangkak berjalan menuju istana. Sementara itu, Baginda Raja hanya tersenyum melihat kecerdikan Abu Nawas.

(Sumber: Abu Nawas mengguncang Dunia,
Penerbit MItra Pustaka,2003)

Menghitung Nilai Tempat

Keluargaku

Namaku Dewi Rahmawati
Keluargaku terdiri dari 4 orang
Ayahku bernama Nyoman Sulaksana
Ibuku bernama Diah Ariyani
Sedangkan adikku bernama adi wicaksana
Ayahku seorang guru
Aku sering diajari matematika
Aku bertanya cara menentukan nilai tempat

Menentukan Nilai Tempat Sebuah Bilangan

Perhatikan lambang bilangan

247

Angka 2 mempunyai nilai tempat ratusan
Angka 4 mempunyai nilai tempat puluhan
Angka 7 mempunyai nilai tempat satuan

Tahukah apa arti sebenarnya dari lambang bilangan 247 ?

Lambang bilangan 247 mempunyai arti sebagai berikut
Angka 2 nilainya 200
Angka 4 nilainya 40
Angka 7 nilainya 7

Jadi 247 = 200 + 40 + 7

Ayo Berlatih !!!!!

1.Ada sebuah bilangan terdiri tiga angka
- Angka 9 menempati tempat satuan
- Angka 4 menempati tempat ratusan
- Angka 7 menempati tempat puluhan
Bilangan itu adalah …

2.167 = … ratusan + … puluhan + … satuan

3.Lambang bilangan 306 artinya …

;;

By :
Free Blog Templates